


Jakarta, Beritaduasatu.com — Harga minyak goreng masih terus naik sampai hari ini. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), dalam sepekan, rata-rata harga minyak goreng di pasar tradisional mengalami kenaikan dari Rp17.050 menjadi Rp17.550 per kilogram (kg).
Bahkan, harga minyak goreng naik buat inflasi mencapai Rp24.400 per kilogram di Pasar Tua Biawu, Kota Gorontalo. Padahal harga minyak goreng dibanderol hanya Rp16.450 per kilogram di Maluku Utara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kepulauan Riau.
Sementara itu, harga minyak goreng curah juga mengalami kenaikan dalam sepekan dari RP16.550 menjadi Rp16.950.
Harga tertinggi, Rp21.650 per Kg, tercatat di Kota Gorontalo. Sementara, harga terendah, Rp13.500 per Kg, tercatat di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Di saat harga minyak goreng kemasan 1 secara nasional di banderol Rp17.850 per Kg, Kota Gorontalo mencatatkan harga tertinggi sebesar Rp23.350 per Kg. Sementara Jambi, mencatatkan harga minyak goreng kemasan 1 terendah sebesar Rp16.200 per Kg.
Di pasar modern, rata-rata harga minyak goreng dalam sepekan sedikit mengalami kenaikan dari Rp18.200 menjadi Rp18.400. Sementara minyak goreng curah naik signifikan dari Rp17.800 menjadi Rp18.900 per kilogram.
BACA JUGA : Palma Serasih Bidik Kenaikan Harga Sawit
Minyak goreng kemasan 1 di pasar modern Aceh tercatat sebagai yang tertinggi dengan harga Rp23.500 per Kg. Padahal rata-rata nasional berada di posisi Rp18.050 pada Rabu (3/11). Kalimantan Utara dan Bali memiliki harga terendah sebesar Rp16.650 per Kg.
Kenaikan Harga Minyak Goreng Buat Inflasi 0,12 Persen di Oktober 2021
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi atau kenaikan harga sebesar 0,12 persen secara bulanan pada Oktober 2021, bisa jadi karena minyak goreng buat inflasi ini. Sementara, secara tahun berjalan dan tahunan, masing-masing inflasi 0,93 persen dan 1,66 persen.
Kepala BPS Margo Yuwono menyatakan inflasi terjadi karena kenaikan harga beberapa komoditas di bawah kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Hal ini khususnya cabai merah, minyak goreng, dan daging ayam ras.
“cabai merah dan minyak goreng berikan andil inflasi 0,05 persen, daging ayam ras berikan andil 0,02 persen,” ungkap Margo dalam konferensi pers, Senin (1/11).
Kemudian, kelompok lainnya yang menyumbang inflasi adalah transportasi, yakni mencapai 0,33 persen. Kelompok itu memberikan andil ke inflasi sebesar 0,04 persen.
“Ini disebabkan ada kenaikan tarif angkutan udara yang berikan andil 0,03 persen,” imbuh Margo.
Berdasarkan komponennya, komponen bergejolak (volatile foods) inflasi 0,07 persen dengan andil 0,01 persen. Volatile foods, terdiri dari komponen energi dengan inflasi 0,1 persen dan andil 0,01 persen serta komponen bahan makanan 0,03 persen dan andil 0,01 persen.
Lalu, inflasi inti sebesar 0,07 persen dan andil 0,05 persen. Sementara, komponen harga diatur pemerintah (administered price) inflasi 0,33 persen dengan andil 0,06 persen.
Berdasarkan wilayah, inflasi terjadi di 68 kota dari 90 kota IHK. Sementara, 22 kota lainnya mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Sumpit sebesar 2,06 persen dan inflasi terendah di Sumenep 0,02 persen. Kemudian, deflasi tertinggi terjadi di Kendari sebesar 0,7 persen dan deflasi terendah di Bengkulu 0,02 persen.
sumber : cnnindonesia